Nama Desa Tambakromo menurut sejarah atau asal-usul desa, terkait erat dengan sejarah Bedahnya Madiun pada Abad 19 yang kala itu Dipati Madiun adalah Ronggo Djumeno, beliau mbalelo(menentang) terhadap Raja Mataram, dengan ditandai tidak sowan(menghadap) beberapa kali pesowanan di Mataram, padahal Raja Mataram adalah Romonya(Bapaknya) sendiri dari Dipati Ronggo Djumeno. Menyadari akan adanya serangan dari Mataram, maka Dipati Ronggo Djumeno mempersiapkan pasukan wanita dibawah pimpinan Retno Dumilah termasuk siasat menghadapi serangan pasukan dari Mataram yang antara lain memasang “tambak” atau penolak bala/musuh berwujud “Kyai Tambak” yaitu tombak sakti milik Dipati Ronggo Djumeno dari pemberian Romonya sendiri yaitu Raja Mataram, pemasangan “tambak” dengan pusaka Tombak pemberian Romo ini ditempatkan di suatu tempat yang strategis, dikarenakan keampuhan Tombak pemberian Romo itu, tempat tersebut sampai sekarang bernama “Tambakromo”.
Apakah strategisnya wilayah Desa Tambakromo, dalam pandangan Dipati Ronggo Djumeno ?
Dipandang dari arah Madiun, wilayah Tambakromo adalah wilayah pertahanan Barat Laut yang dipimpin oleh Demang Keniten, wilayah ini akan dilewati oleh pasukan dari Kerajaan Mataram.
Namun pasukan Mataram tidak kalah dalam mengatur siasat perang, karena sebelum memberangkatkan pasukan perang terlebih dahulu mengirim telik sandi (mata-mata) yang dipimpin oleh Ki Tepasono, yang oleh penduduk Desa Tepas makamnya dikeramatkan, karena Ki Tepasono adalah orang yang babad Desa Tepas, beliau adalah orang Mataram yang ditugasi memata-matai gerak-gerik Dipati Madiun Ronggo Djumeno, termasuk mengetahui lokasi pemasangan “tambak” Kyai Tombak pemberian Romo, maka pasukan Mataram dari arah Kedungputri tidak dilewatkan wilayah yang dipasangi “tambak” tersebut, tetapi berbelok lewat Tepas dan Gerih, yang konon Dukuh Centong di Desa Gerih mempunyai mitos makam Tumenggung Alap-Alap pemimpin pasukan Mataram tersebut.
Dari Desa Gerih ini pasukan Mataram telah melewati lokasi yang dipasangi “tambak” berupa Tombak pemberian Romo yang sakti mondro guno, sehingga dapat melanjutkan perjalanannya ke Madiun.
Dari bagian kisah Bedahnya Madiun tersebut, terpetiklah nama “Desa Tambakromo” yang secara historisnya diinterprestasi fakta dan disusun cerita sejarah yang dapat diterima oleh Sejarahwan maupun rakyat Desa tambakromo.
Orang yang pertama kali dituakan/sesepuh sebelum menjadi Desa Tambakromo adalah Ki Tambak Rejo, setelah beliau meninggal dunia, selanjutnya yang dituakan adalah Ki Tambak Suto dan setelah beliau meninggal dunia dimakamkan di makam Tambakromo.
Kemudian lahirlah Desa Tambakromo dari hasil pemekaran Desa Keniten, yang pada waktu itu untuk seseorang pemimpin desa bernama “Bekel”, yang dalam perkembangan selanjutnya Bekel berubah menjadi Lurah, dan sesui dengan UU. No. 5 Tahun 1979 berubah lagi menjadi Kepala Desa sampai sekarang
Adapun Desa Tambakromo dibagi menjadi 5 (empat) dusun, yaitu :
Para pejabat Kepala Desa Tambakromo semenjak berdirinya Desa Tambakromo adalah sebagai berikut :
NO | NAMA | MASA JABATAN | KETERANGAN |
1 | Atmo | Bekel Pertama | |
2 | Ki Gudel | Bekel Kedua | |
3 | Ki Djambul | 1900 – 1910 | Bekel Ketiga |
4 | Ki Banjir | 1910 – 1911 | Bekel Keempat |
5 | Ki Projo Sentono | 1911 – 1930 | Bekel Kelima |
6 | KI Harjo Sentono | 1930 – 1978 | Bekel / Lurah Keenam |
7 | Soekoyo | 1978 – 1990 | Kepala Desa Ketujuh |
8 | Rahayu Dwi Indarti | 1990 – 1998 | Kepala Desa Kedelapan |
9 | Yanritra Sumardjijanthono | 1999 – 2007 | Kepala Desa Kesembilan |
10 | Yanritra Sumardjijanthono | 2007 – 2013 | Kepala Desa Kesepuluh |
11 | Mokhamad Suhadi | 2013 – sekarang | Kepala Desa Kesebelas |